Kisah inspiratif Belajar dari tukang bakso

iklan
Advertisement
iklan
Belajar dari tukang bakso | kali ini saya akan sedikit membagikan sepengal kisah mengenai tukang bakso yang barang kali bisa kita ambil manfaatnya. Cerita ini saya ambil dari salah satu kisah yang saya dapet di Televisi, menarik pula saya pikir untuk di ceritakan ulang. Karena yang namanya inspirasi dan ilmu, bisa kita peroleh darimana saja dan kapan saja, yang penting tinggal bagaimana kita untuk memanfaatkannya, dan mudah mudahan ini bisa menjadi inspirasi yang bisa untuk di ikuti.

Suatu ketika, di depan rumah jono ada seorang tukan bakso yang lewat. Merasa lapar, jono kemudian memanggil tukang bakso tersebut.

“Bang bang, bakso bang.. “ pangil jono kepada tukang bakso.
Selang beberapa saat, tukang bakso itu lalu hampiri tempat tinggal jono untuk memarkir grobaknya, lantas ia menyiapkan semangkuk bakso yang lalu ia mulai mengolah satu persatu bahan seperti yang telah ia kerjakan kian lebih 17 th. waktu lalu.

Singkat narasi, si jono sudah menggunakan semangkuk baksonya. Saat ini giliran ia menunaikan kewajibannya, ia mengambil langkah untuk mengantarkan piring bakso itu ke tukang bakso yang masihlah menanti di depan tempat tinggalnya.

Sambil keluarkan duit duapuluh limapuluh ribu rupiah dari dompetnya, jono membayarkan duit itu pada tukang bakso.

Lalu abang bakso terima duit itu, kemudian meletakan mangkok yang ia terima ditempat pencucian. Lantas ia keluarkan dompet untuk mengambil kembalian dari duit yang ia terimanya.

Sembari memisah milah duit, sebelumnya ia kembalikan duit ke jono ia telebih dahulu menyimpan beberapa duit yang sudah di ambilnya dari dompet ke dua kaleng yang ia sediakan di samping di tungku memasaknya. Ia memasukan ke kaleng pertama, lalu kaleng ke-2. Kemudian, ia menyerahakan duit kembalian ke pada jono.

Jono yang penasaran lantaran si tukang bakso menyimpan duit ke dua kaleng, lalu membulatkan tekad ajukan pertanyaan pada tukang bakso itu.

" Pak, bila bisa saya tau… itu kaleng apa pak? Untuk celengan atau apa pak? ” Bertanya jono penasaran.

" Ou itu dik, iya dapat di katakan celengan” jawab si tukang bakso.

“Ko ada dua pak, untuk apa pak? ” jono semakin penasaran

“Iya ada dua, dua celengan akhirat saya. ” Jawab si tukang bakso, lalu ia meneruskan dengan

“Biasanya tiap-tiap saya terima duit dari pelangan, saya senantiasa mimisahkan mana sebagai hak saya serta mana yang saya menjadikan untuk tabungan akhirat saya. “

" Sebagai hak saya, umumnya saya simpan dompet. Itu untuk keperluan saya satu hari hari, beli bahan baku untuk bikin bakso s/d hirup anak istri. "

" Celengan pertama, itu saya peruntukan untuk sodakoh. Jadi tiap-tiap dari hasil pendapatan saya, sebelumnya saya pakai untuk yang lainya saya peruntukan untuk sodakoh dulu. Dari kotak ini, tiap-tiap bln. saya bakal bongkar serta saya sumbangkan ke seputar saya. Alhamdulilah, walau sedikit setiap taun saya berserta keluarga dapat menymbang kambing untuk kurban. Walau kambing nya tak gede gede sangat "

" Celengan ke-2, saya peruntukan untuk menyempurnakan rukun islam saya. Seperti kita tau, bila kita di wajibkan untuk naik haji manfaat menyempurnakan keislaman kita. Serta biaya untuk naik haji sendiri mahal, perlu cost yang banyak. Karenanya, saya beserta istri memiliki komitment untuk menabung sedikit untuk sedikit walau akhirnya sedikit. Serta alhamdulilah, sepanjang tujubelas th. saya mengerjakannya, akhirnya cukup lumayan. Dua th. mendatang, saya beserta istri isyaalloh bakal naik haji” demikian penjelasan si tukang bakso.

Sesudah pembicaraan dengan tukang bakso tadi, si jono lalu jadi ternyuh. Bisa jadi si tukang bakso mempunyai pekerjaan yang simpel, pendidikan yang tidaklah terlalu tinggi namun ia dapat untuk berencana kehidupan jauh tambah baik. Ia bahkan juga telah pikirkan akhirat, jauh jauh hari. Ia sukses memisahkan hartanya untuk sodahkoh, untuk kebutuhan sesama, sebelumnya hartanya di belajakan.

Yang kebayakan dari kita, umumnya sodakoh adalah uang bekas, bekas dari hasil yang kita belanjakan, itupun bila masihlah ada. Nyatanya, tambah lebih mulia tukang bakso dengan rencana keuangan yang lebih masak walaupun pekerjaan simpel, dari pada kita dengan keuangan yang lebih mapan, tetapi tidak sering memikirkan untuk sodakoh atau kurban, terlebih berupaya untuk naik haji. 

sumber:http://carikost.blogspot.co.id/2014/08/pelajaran-berharga-dari-seorang-tukang-bakso.html
Advertisement
iklan
Advertisement
iklan
Kisah inspiratif Belajar dari tukang bakso
4/ 5
Oleh

Berlangganan via email

Suka dengan postingan di atas? Silakan berlangganan postingan terbaru langsung via email.