Advertisement
iklan
Cerpen Cinta Diluar hawa cukup dingin. Kelihatannya mengisyaratkan bakal turun hujan. Beberapa orang yang jalan kaki terlihat tergesa-gesa supaya tak didapati hujan. Dianra repot memperatikan kendaraan berlalu-lalang dari balik jendela cafe. Karena sangat seriusnya dia beberapa hingga tak mendengar ayahnya berdehem.
Sesaat kemudian titik-titik hujan juga akhirya turun membasahi bumi. Seseorang lelaki masuk dalam cafe. Kelihatannya dia baru pulang kerja. Pakaiannya hampir basa semuanya. Dia memilhi duduk di dekat jendela sembari nikmati panorama diluar. Sesudah pesan minum tidak berniat dianra melihat ke arahnya serta nyatanya lelaki itu juga melihat ke arahnya. Pandangan mereka berpapasan serta saat itu juga lelaki itu tersenyum pada dianra. Senyum yang manis serta pancarkan ketenangan.
Sesaat kemudian titik-titik hujan juga akhirya turun membasahi bumi. Seseorang lelaki masuk dalam cafe. Kelihatannya dia baru pulang kerja. Pakaiannya hampir basa semuanya. Dia memilhi duduk di dekat jendela sembari nikmati panorama diluar. Sesudah pesan minum tidak berniat dianra melihat ke arahnya serta nyatanya lelaki itu juga melihat ke arahnya. Pandangan mereka berpapasan serta saat itu juga lelaki itu tersenyum pada dianra. Senyum yang manis serta pancarkan ketenangan.
Pertemuan yang demikian singkat tetapi mempunyai makna sendiri untuk dianra. Dia tak dapat lupa bakal senyum itu. Senyuman itu seolah-olah mengingatkannya pada saat lalunya yang demikian pahit. Dia mesti kehilangan orang yang begitu dia sayangi untuk selamanya. Senyum itu membayang-bayanginya sehari-hari. Senyum itu seolah-olah mengobati rasa rindunya. Tak dikirah, satu minggu lalu lelaki itu bertandang lagi ke cafenya, sama dengan saat pertama berjumpa dia tetap masih berlaku yang sama yakni tak terlepas dari senyumnya yang cantik itu. Selang sebagian menit lalu lelaki yang bernama yoga itu pada akhirnya menghampiriku serta mengajaknya bercakap, mereka berdua juga bercakap panjang lebar, orangnya baik, dewasa, sopan serta sedikit humoris. Dia yaitu menejer di satu diantara perusahaan tempat ia bekerja. Sungguh lelaki yang begitu hebat. Ayahnya yang dari tadi menatapknya dari terlalu jauh, terlihat menggeleng-geleng kepala serta sedikit tersenyum. Sadar bakal hal semacam itu pada akhirnya yoga juga mengakhiri pembicaraannya.
“sepertinya bos anda dari tadi memerhatikan kita. Bila demikian saya pamit dahulu ya. Ini kartu nama ku”. Ucapnya sembari menyodorkan kartu nama. dianra juga cuma terkikik dibuatnya. Dia tidak paham bila boss itu yaitu bapak dianra sendiri.
Satu minggu lalu yoga mengajakknya diner sesudah sekian hari berkomunikasi melalui BBM. Hari ini yaitu hari pertama untuk jalan dengannya. dianra cukup suka menerimah ajakannya. Bapak yang senantiasa di jadikannya tempat sharing sesudah ibunya telah tak ada mensupport 100%. Bapak begitu bahagia memandangnya dapat tersenyum kembali. Rasa kuatir juga berkecamuk di fikiran dianra. Takut bila yoga menegetahui keadaan yang sesungguhnya karna sampai kini dia belum tahu keadaan fisik dianra yang sesungguhnya.
“ayah saksikan yoga anak yang baik. Tentu dia dapat menerimah kekuranganmu dian”. Ucap bapak menyemangati. Hari ini kami janjian di satu restaurant. Pas jam 08. 00 dia telah ada disana lebih awal. diliat dari kejahuan dia terlihat semangat, begitu juga dengan juga dianra. Lantas dianra juga menghampirinya dengan tatapan serta senyuman yang mengisyaratkan saya siap. Namun belum pernah duduk yoga menghadirkan ekspresi muka yang tidak sama. Dia seolah-olah shock lihat kehadiran dianra yang terpincang-pincang. Tatapannya kosong serta sedikit di paksakan untuk tersenyum. Dianra yang tahu dengan pergantian ekspresinya. segera tertunduk sedih serta mengerti diri. Seolah telah terencanakan, mendadak saja ponsel yoga berdering serta cepat-cepat mengangkatnya. Kelihatannya dia siap-siap untuk beranjak pulang.
“ndra maaf saya pulang dahulu ya, ada panggilan mendadak”. ucapnya dengan tergesa-gesa serta berlalu pergi. Dianra yang melihat hal semacam itu cuma dapat diam tanpa ada mengatakan apa-apa. Air mataknya telah tak dapat tertahan lagi. Bapak yang nyatanya belum pulang sesudah mengantarkanya nyatanya mengawasi dari kejahuan. Dia lantas mengambil langkah terpincang-pincang menuju keluar. Hati dianra demikian kecewa. Ayahnya yang melihat peristiwa itu cuma dapat pasrah.
Dua th. waktu lalu dianra serta kekasihnya raka alami kecelakaan. Mobil yang mereka tumpangi disambar oleh mobil kampas pengangkut barang. Dianra serta raka terluka kronis sehinggah nyawa raka tak dapat tertolong. Dianra begitu sedih serta frustasi. Mulai sejak kecelakaan itu dia jadi cewek pincang. Berikut yang bikin yoga shock serta tak dapat menerimah kadaannya. Dianra juga tidak henti-hentinya keluarkan air mata. Cuma dengan senyum yoga rindunya pada raka dapat terobati. Saya tak inginkan jadi cewek pincang, saya menginginkan normal kembali. Ucapnya dalam hati. Ayahnya cuma dapat memeluk sembari menenangkannya.
“jangan menangis lagi nak, bapak tahu dengan perasaan anda. Walau anda tidak berhasil memperoleh cinta lagi, namun anda mesti bersukur lantaran masihlah miliki bapak. Bapak tetaplah bakal senantiasa ada di sisimu serta senantiasa ada bila anda perlu. Mungkin saja kesempatan ini anda tidak berhasil, namun yakinlah bakal ada seorang yang menerimah mu apa yang ada. Ucapnya sembari membelai rambut lurus dianra. Dianra sedikit bangkit sesudah mendengar kalimat ayahnya baru saja. Dia mulai dapat tersenyum kembali serta memandang ayahnya dengan senyum semangat. Walau cuma pertemuan singkat. Sedikitnya dari pertemuan ini dianra dapat memperoleh pelajaran bernilai serta pengalaman baru yang tidak bakal dapat dia lupakan.
Advertisement
iklanAdvertisement
iklan
Cerpen Cinta,,, Perttemuan yang Singkat
4/
5
Oleh
Unknown